Sejam sejak merontanya gumulan amarahku, Dhea tak memalingkan wajah hingga lajuku yang berjalan pergi hingga garis terakhir lantai rumahnya. Tonggak malu dibalut ketakutan, tersingkap merah di wajahku. Aku Chaplin dan tetap tidak menerima itu. Bila kala dua bulan yang lalu aku tak melemahkan jiwa padanya, mungkin pinggul indahnya tak mengikuti. Ia manis meski kutahu tidak utuh buatku, walau kadang pesona itu ditutupi oleh pongah jumawa pujian teman-teman kampus. Berbagai sesal terpajang dalam tiap tatapan mataku di sudut kamar lembab. Catnya yang tak baru lagi terkupas di beberapa bagian hati. Menggenangi Sukaria waktu itu, banjir bertanya tentang apakah aku akan menggendong Dhea lagi?. Sepertinya tidak, karena terlebih dahulu akan kusuling hatiku untuk menjernihkannya dari keruh.
Selamat datang di blog ini
Blog ini merupakan blog yang berisikan catatan-catatan mahasiswa yang merindukan keadilan di negeri ini...!!!!!
Selasa, 16 Agustus 2011
Tak Seutuhnya Pergi (Chaplin dan Dhea)
Suasana lengang salah satu rumah di jalan Sukaria sore itu sedikit diperkeruh oleh gemericik suara intercom, menggunakan alat komunikasi yang tersohor di kalangan muda-mudi pertengahan 90-an, Chaplin coba merusak kesuntukan sehabis kuliah. Rumah yang tepat berada di kelurahan Tamamaung memang selalu menjadi persinggahan yang pas buatnya. Maklum, Chaplin yang oleh kerabat dekatnya sering dipanggil ‘double C’ tidak memiliki motor atau kendaraan darat bermesin lainnya. Keterbatasan tersebut, di tengah kebutuhan pergaulan tentu saja membatasi perangainya yang selalu ingin berkomunikasi atau sekedar bercerita dengan orang lain. Alat komunikasi dengan bentangan kabel panjang tersebut akhirnya oleh mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) tersebut dijadikan sebagai ‘motor’ udara untuk mengunjungi mereka yang mendapat ‘jatah’ ujung bentangan kabel di rumahnya.
“Bisa saya disambungkan dengan Dhea?”
Minta Chaplin kepada operator. Harapannya Dhea tidak lagi bersikap sinis padanya ketika melontarkan sedikit basa-basi untuk memulai perkenalan. Sejak bersua di kampus hijau itu, mahasiswi hukum UMI angkatan 94 ini memang telah menarik perhatian Chaplin yang terang lebih berumur muda setahun. Sungguh tidak mengherankan, mahasiswi senior bernama lengkap Kharisma Neni ini memang merupakan salah satu ‘jawara’ fakultas hukum yang digandrungi seantero kampus. Sedikit tomboy, semakin menambah daya tarik pada diri Dhea yang memang ‘dihadiahi’ dengan kulit putih dan paras memikat ala perempuan muda Makassar pada masanya.
Senin, 15 Agustus 2011
Keong Racun Ala Sinta dan Jojo dalam Sudut Pandang Imagologi....
Sorotan khalayak publik kembali terbelalak melihat kelahiran selebritis baru di negeri ini. mereka adalah jojo dan sinta; dua orang mojang bandung ini merilis video lipsing "keong racun" di youtube" dan berhasil menggeser popularitas kasak kusuk video mesum luna-ariel di media elektronik, riak-riak kenaikan TDL, sampai aksi gila pong hardjatmo yang nekat mencoret-coret gedung DPR.
tanggal 27 juli 2010 mereka menorehkan sejarah dengan menjadi trending topic di twitter. bahkan tidak tanggung-tangung foto kedua gadis manis ini go internasional karena dipajang di laman "independent" sebuah situs berita dari inggris.
dalam beberapa Thread forum milik terbesar di negeri ini,kehadiran mereka langsung menjadi buah bibir. beberapa komentar anggotanya pun mengaku terhibur dengan aksi "centil" mereka. ada yang menyukai karena wajah mereka yang lumayan cantik dan ada yang tertarik dengan lirik keong racun yang memuat hal-hal yang sifatnya cukup vulgar dan nakal.
dalam beberapa Thread forum milik terbesar di negeri ini,kehadiran mereka langsung menjadi buah bibir. beberapa komentar anggotanya pun mengaku terhibur dengan aksi "centil" mereka. ada yang menyukai karena wajah mereka yang lumayan cantik dan ada yang tertarik dengan lirik keong racun yang memuat hal-hal yang sifatnya cukup vulgar dan nakal.
Penjara Maskulinitas
berita dan perbincangan di media belakangan banyak memuat hal hal negatif seputar masalah sosial yang ada disekitar kita. mulai dari korupsi pejabat, perang antar kampung sampai hukum pancung TKI di Arab Saudi. tapi tenang para pembaca nda bakalan se bahasji itu seabrek masalah. malas rasanya berada di kerumunan cara pandang dominan yang belakangan ini mulai ngepop. ngepop dalam pengertian karena dia diproduksi secara massal dan nirmakna dimana semua orang berlomba-lomba mengkritisi apa saja yang bisa dkritisi dan mendapatkan status patriotik pada tengah namanya.
ada yang menarik ketika saya melihat diskusi yang diadakan di TV One yang menghadirkan tiga pembicara yaitu Sujiwo Tedjo, Imam Prasodjo, ali mustafa. ketiga pembicara yang ada mewakili perspektif berbeda budaya, sosiologi dan agama. saya tidak akan membahas apa yang mereka perbincangkan karena saya mungkin yang tidak memperhatikan diskusinya dari awal. statement dari sudjiwo tedjo yang kemudian mengalihkan perhatian saya ketika dia mengkritik gerakan feminis abad 21 yang katanya merepresi jiwa ke"kanak-kanak"an pria. sifat kekanak kanakan selalu berkorelasi dengan sifat lugas, tanpa beban dan senang bermain. tanpa sadar tuntutan kelaki-lakian mengharuskan laki-laki untuk tegar, jaim dan takut salah.
ada yang menarik ketika saya melihat diskusi yang diadakan di TV One yang menghadirkan tiga pembicara yaitu Sujiwo Tedjo, Imam Prasodjo, ali mustafa. ketiga pembicara yang ada mewakili perspektif berbeda budaya, sosiologi dan agama. saya tidak akan membahas apa yang mereka perbincangkan karena saya mungkin yang tidak memperhatikan diskusinya dari awal. statement dari sudjiwo tedjo yang kemudian mengalihkan perhatian saya ketika dia mengkritik gerakan feminis abad 21 yang katanya merepresi jiwa ke"kanak-kanak"an pria. sifat kekanak kanakan selalu berkorelasi dengan sifat lugas, tanpa beban dan senang bermain. tanpa sadar tuntutan kelaki-lakian mengharuskan laki-laki untuk tegar, jaim dan takut salah.
Temaram Rembulan untuk Maliah Tersayang
Malia tersayang
Bersama dengan surat ini kutitipkan temaram cahaya rembulan ini lengkap dengan desiran pohon,nyanyian kodok akan penantiannya pada hujan, serta sedikit tanah dari tempatku berpijak. Kutitipkan semuanya untuk kau miliki. Kau berhak untuk membukanya atau membuangnya di tong sampah sekalipun.
Kukirimkan temaram cahaya rembulan untukmu Malia sekedar bukti akan adanya sebuah penantian panjang yang tak lagi bisa digambarkan oleh kata. Sudah terlalu banyak kata yang tercipta sepanjang sejarah peradaban manusia. Kebesaran makna dari setiap kata yang pernah ada terlalu tangguh untuk kukalahkan. Ku tak mampu membangun kuasa magis dalam setiap petikan fonem seperti yang bangga diajarkan Foucalt dalam setiap khutbahnya. Kata yang selama ini kurangkai ternyata bukan apa-apa. Rangkaian kata itu tidak bisa menandingi pidato Hitler yang bisa membangun membuncahkan semangat ultra nasionalis dari rakyat jerman untuk bersatu dan tergenang menjadi lautan darah melawan sekutu di medan laga. Tapi apa daya, Boro-boro meyakinkan sebuah bangsa!? meyakinkanmu saja aku tak mampu...
Langganan:
Postingan (Atom)